Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 84



Bab 84

Bab 84


Bab 84


Ketika Amelia melihat wajah Samara yang penuh dengan bintik–bintik itu, dia pun tidak bisa menahan emosi di hatinya.


Pria seperti Jonas, yang statusnya lebih baik dari pacar aslinya, Felix. Kenapa dia harus ternodai oleh wanita jelek di hadapannya ini?


Janes lebih marah dari pada Samara, temperamennya sebagai nona besar pun langsung terlihat.


“Kenapa kamu berbicara seperti itu?”


“Apakah saya salah berbicara?” ejek Amelia: “Orang–orang menggunakan sedikit concealer sudah cukup, namun wanita ini apakah sedikit concealer cukup untuk menutupi seluruh wajahnya? Lagian, saya sedang membicarakannya, bukan membicarakanmu, kenapa kamu yang berteriak padaku?”


Jane lahir di keluarga terkenal, dia memiliki kemampuan untuk berurusan dengan orang–orang, namun dia kehilangan temperamennya di depan wanita ini.


“Lagian, percaya atau tidak, saya bisa mencabik–cabik mulutmu!”


Bibir Amelia merengut dan berkata, “Ckckck, di dunia ini masih ada orang jelek yang tidak boleh dikatai!”


Samara mengambil concealer dari pelayan toko tersebut, dan dengan sengaja mengangkat alisnya.


Dia mengambil kuas dari tempat kosmetik, menaruh concealer di kuas tersebut, lalu mengolesnya ke mulut Amelia sebanyak dua kali.


Mulut Amelia mengejek dan menghina dengan sangat baik, namun dia tidak menyangka bahwa mulutnya akan di olesi dengan concealer, dia pun menggila di tempat itu.


“Kamu... apa maksudmu!”


“Mulutmu memiliki noda besar, kenapa kamu tidak cepat–cepat menutupinya?” mulut Samara sedikit berkedut, tatapan matanya penuh kesombongan: “Sebotol concealer ini, saya yang bayar saja, anggap saja yang membelinya untukmu.”


“Kamu—–”


Sebelumnya, Amelia sudah ingin menampar wanita ini, namun sayangnya dia tidak memakai sepatu saat itu, bahkan juga ada polisi di sana.


Dia merasa Samara hanya keras kepala, jadi dia harus memberinya pelajaran.


Amelia menyeka concealer di mulutnya dengan jarinya, lalu mangangkat tangannya untuk menamppar Samara,


Tapi......


Saat tangannya terangkat, Samara sudah meremas pergelangan tangannya dengan erat.


“Ahh...”


Amelia tidak menyangka Samara begitu kuat, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesis.


Dibandingkan dengan ekspresi Amelia yang kesakitan, Samara sedikit memiringkan matanya, dan lengkungan di sudut mulumya semakin terangkat


Tungan kecilnya yang tidak terlihat kuat, namun bisa menggenggam Amelia begitu keras hingga dia sama sekali tidak bisa bergerak.


“Apa seru menggeriak orang?” Samara bertanya dengan cuck, “Apa kamu mengira mama belakangmu, Leonardi dan pacarmu, Felix itu sudah sangat hebat?”


“Kamu ... bagaimana kamu tahu bahwa saya...”


“Semua omong kosongni, saya bahkan taliu lebih banyak daripada orang tuamu. Jika kamu masih ingin bersama dengan Felix, bersikaplah lebih bijaksana, jika tidak, hati–hati saya meledakkan kolam ikanmu.”


“Kamu......”


Amelia sangat terkejut hingga dia hanya bisa terdiam, mulutnya ternguga untuk wakili yang lama.


Setelah menyelesaikan ucapannya, Samara melepaskan pergelangan Amelia dengan begitu saja.


Amelia tidak meyangka bahwa Samara akan tiba–tiba melepaskannya, dia pun terhuyung dan langsung jatuh ke lantai karena kebingungan.


“Jika kamu berani memberitahu Felix, saya... saya tidak akan membiarkanmu.”


“Tergantung suasana hatiku.” Samara sedikit menunduk, tatapan matanya penuh peringatan: “Jangan memancingku, jika kamu berani lagi, sulit bagi saya untuk menjamin bahwa saya tidak akan memberi tahu kak Felix.”


Pengulangan kali ini...


Seluruh pikirannya tertuju pada keluarga Wijaya, namun jika Amelia seperti ini, dan ingin mati sendiri, maka dia juga tidak akan menolaknya.


Dan benar saja, ckspresi Amelia menjadi sangat buruk saat dia mendengar perkataannya.


Tiba–tiba, Amelia merasa bahwa tatapan Samara.. sebenarnya sedikit familiar, sepertinya dia pernah melihatnya di suatu tempat.


Penari Dia pasti pernah bertemu dengan wanita ini.


Tapi, bagaimana keras pun Aindlia berusaha mengingat, dia tidak mengingat dimana ia melihat wanita dengan wajah bintik–bintik ini.


“Kamu... siapa kamu sebenarnya?” Amelia terduduk di lantai dan terus menatap Samara: “Bagaimana kamu tahu nama keluargaku Leonardi? Bagaimana kamu tahu Felix itu pacarku? Kamu mengenalku?“


Previous Chapter Next Chapter



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.