Menantu Pahlawan Negara by Sarjana

Chatper 328



Chatper 328

Chatper 328


Bab 328 Mengembalikan Beserta Bunganyal


Melihat Tuan Besar Basagita Jatuh pingsan di pinggir jalan saking emosinya, anggota Keluarga


Basagita langsung panik.


Mereka segera memapahnya, lalu memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit.


Setelah dalam kondisi pingsan cukup lama, akhirnya Tuan Besar Basagita sadar kembali.


Namun, dia terlihat seperti orang yang sudah kehilangan jiwanya.


Dia hanya berbaring di ranjang bangsal dan menatap langit–langit bangsal dengan tatapan kosong


tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


Jelas–jelas matahari masih bersinar dengan terang, tetapi anggota Keluarga Basagita yang berjaga di


rumah sakit merasakan mereka hidup dalam kegelapan.


Begitu Tuan Besar Basagita berubah menjadi seperti Inl, dunia seolah sudah hancur.


Kali ini, Keluarga Basagita benar–benar sudah hancur!


Terutama Yanto sekeluarga, mereka yang paling bersedih.


Wulan yang biasanya selalu bersikap arogan, saat ini sedang duduk mematung di tempat seolah–olah


sudah kehilangan jiwanya.


Saat Luna sekeluarga tiba di bangsal, mereka melihat anggota Keluarga Basagita sudah seperti mayat


hidup.


“Apa kondisi Tuan Besar Basagita sangat parah?”


Desi yang mendorong kursi roda Jacky ke depan ranjang Tuan Besar Basagita langsung terkejut


begitu melihat penampilan pria tua itu.


Kalau bukan karena alat medis menunjukkan tanda–tanda Tuan Besar Basagita masih hidup. Dia


mengira Tuan Besar Basagita sudah meninggal dunia!


Bola mata Tuan Besar Basagita berputar, ekspresi marah kembali terpampang jelas di wajahnya.


Dia melirik Luna sekeluarga dengan ujung matanya, lalu berkata dengan nada putus asa sekaligus


marah,” Untuk apa kalian datang? Apa kalian datang untuk mentertawakanku?!”


Di saat seperti ini, dia sudah menyesal.


Dia menyesal sudah mendengar kata–kata provokatif Yanto sekeluarga untuk mengusir Luna dari Grup


Agung Makmur.


Dia menyesal karena sudah memercayai Keluarga Buana dengan mudah, membiarkan mereka


mengambil alihi proyek dan merebut semua aset milik Keluarga Basagita hanya dalam satu malam.


Namun, Tuan Besar Basagita adalah orang yang sangat memedulikan harga dirinya.


Begitu melihat kedatangan Luna sekeluarga, dia ingin sekali menghilang ditelan bumi.


Seolah–olah setiap kalimat yang keluar dari mulut mereka dan setiap pergerakan mereka sedang


mentertawakan dirinya, mentertawakannya tidak bisa menilai orang dengan baik dan


mentertawakannya salah mengambil keputusan!


Desi segera menghibur pria tua itu, “Tuan Besar, kami dengar kamu sakit, jadi kami datang


menjengukmu. Tolong jaga dirimu dan kesehatanmu baik–baik. Cepat atau lambat Keluarga Buana


pasti akan mendapat balasannya….


Begitu mendengar Desi menyebut Keluarga Buana, menantunya itu seolah–olah sudah menyentuh


luka di


hatinya.


“Pergi sana! Aku nggak perlu kamu berpura–pura balk menghiburku! Aku tahu kalian datang untuk


mentertawakanku!”


Kalau bukan karena sekujur tubuhnya sudah tidak bertenaga lagi, dia ingin sekali bangkit dari ranjang


dan mengusir Luna sekeluarga.


“Desi, jangan berpura–pura menjadi orang baik. Keluarga Basagita tertimpa masalah, kalian pasti


sangat senang. Kalian keluar dari sini sekarang juga!”


“Ya, jangan pikir kami nggak tahu. Kalian tahu semua aset Grup Agung Makmur sudah direbut dan


hanya tersisa 200 miliar. Kalian pasti datang untuk mendapat bagian ini, ‘kan? Cepat pergi sana!


Nggak ada bagian


kalian!”


Anggota Keluarga Basagita lainnya juga angkat bicara untuk mengusir Luna sekeluarga.


Namun, begitu mereka berbicara, niat mereka langsung terlihat jelas.


Mendengar kata–kata tajam orang–orang itu dan melihat ibunya dimarahi sampai meneteskan air


mata, Luna benar–benar sangat kesal dan berdebat dengan mereka dengan marah.


Dengan kemampuan Luna seorang diri, dia bukan tandingan mereka semua.


Dia langsung menjadi target amarah dan makian.


Melihat istrinya dimarahi, Ardika yang dari tadi hanya menyaksikan pemandangan di hadapannya


dengan sorot mata dingin, tiba–tiba mendengus dingin dan berkata, “Dasar sekelompok orang nggak


berguna yang hanya bisa menindas orang lemah! Kenapa kalian sama sekali nggak berani berbicara di


hadapan Keluarga Buana? Saat menindas istriku, kalian sangat hebat!”


Ucapan Ardika langsung menyentuh titik kelemahan anggota Keluarga Basagita.


Mereka memang tidak berdaya menghadapi Keluarga Buana.


Bahkan saat mereka diusir oleh Keluarga Buana, mereka tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun


selain meninggalkan tempat itu dengan sedih.


Karena itulah, sekarang mereka melampiaskan semua kekesalan mereka pada Luna.


“Ardika, pecundang sepertimu nggak berhak mengatai kami!”


*Kalau kamu benar–benar hebat, kamu rebut kembali proyek Kompleks Prime Melati dari Keluarga


Buana!”


+15 BONUS


Anggota Keluarga Basagita yang merasa malu karena ucapan Ardika langsung menjadikan Ardika


sebagai target pelampiasan amarah mereka.


Ardika tertawa dingin dan berkata, “Kalian nggak perlu mengingatkanku hal ini. Aku akan membuat


Keluarga Buana mengembalikan semua aset yang sudah mereka rampas dari Grup Agung Makmur


beserta bunganya!“



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.