Menantu Pahlawan Negara by Sarjana

Chatper 337



Chatper 337

Chatper 337


Bab 337 Keluarga Buana Tidak Bisa Membalikkan Keadaan Lagi


Marko sedang meminta pendapat Ardika, dia tidak berani mengambil keputusan secara langsung.


Ardika berkata, “Oke, kalau begitu aku akan pergi ke kediaman Keluarga Buana, Kamu lakukan


persiapan penangkapan terlebih dahulu dan tunggu instruksi dariku.”


Karena campur tangan Liander sudah mengacaukan rencananya, Ardika memang berencana untuk


pergi ke kediaman Keluarga Buana setelah mengantar Luna pulang.


Sebelum Keluarga Buana sempat menyerahkan perusahaan kembali kepada anggota Keluarga


Basagita, dial harus menyuruh Keluarga Buana mengembalikan perusahaan atas nama Luna.


“Baik, siap laksanakan perintah Tuan!” kata Marko dengan penuh hormat.


Setelah memutuskan sambungan telepon, Ardika memberi tahu Luna dia akan keluar sebentar.


Kemudian, dia langsung melajukan mobilnya keluar dari Kompleks Vila Bumantara.


Saat ini, suasana di kediaman Keluarga Buana sangat muram.


Baru saja mengembalikan uang sebesar lebih dari 4 triliun, hati anggota Keluarga Buana masih


berdenyut


sakit.


Satu demi satu kabar buruk berdatangan!


Baru saja, mereka menerima panggilan telepon dari Dion yang mewakili tiga keluarga besar.


Melalui panggilan telepon, Dion meminta Brian untuk mengembalikan perusahaan properti kepada


Keluarga


Basagita.


Setelah mendengar instruksi itu, anggota Keluarga Buana langsung panik setengah mati.


Awalnya, tiga keluarga besar mendukung mereka untuk menyerang Keluarga Basagita.


Selain itu, tiga keluarga besar menggerakkan relasi secara khusus, mengundang Marko dari kantor


polisi


provinsi untuk menginterogasi Luna.


Kini, bahkan tiga keluarga besar juga sudah berubah pikiran!


Anggota Keluarga Buana benar–benar merasa dunia seperti akan kiamat.


“Kita sudah bersusah payah merencanakan semua ini selama setengah tahun. Tapi, apa pada


akhirnya semua upaya kita sia–sia saja dan kita nggak bisa mendapatkan apa pun? Aku benar–benar


nggak terima!”


Saat ini, Warris Buana, ayah David berteriak dengan marah dan histeris.


Zamrud Buana, paman sekaligus adik Warris mendengus dan berkata, “Memangnya apa gunanya


kamu nggak terima? Kali ini, kita sudah menyinggung keluarga–keluarga terkemuka Kota Banyuli. Tiga


keluarga besar juga nggak mendukung kita lagi. Keputusan untuk mengembalikan perusahaan atau


nggak sudah nggak ada di tangan kita!”


Ya, dalam situasi seperti sekarang ini, keputusan sudah tidak ada di tangan mereka.


+15 BONUS


Warris terdiam sejenak, tiba–tiba sebuah ide terlintas dalam benaknya. “Ayah, bagaimana kalau


begini? Kita kembalikan perusahaan properti kepada Keluarga Basagita, tapi hanya mengembalikan


kerangka kosong pada mereka saja. Kompleks Prime Melati kita alihkan ke perusahaan anak Grup


Perfe.”


“Kupikir seharusnya tokoh hebat itu bukan anggota Keluarga Basagita, dia nggak akan turun tangan


secara langsung menegakkan keadilan untuk sekelompok pecundang itu.”


Begitu mendengar ucapan Warris, mata anggota Keluarga Buana lainnya langsung bersinar. Mereka


semua beranggapan cara ini bisa dicoba.


Setelah ragu sejenak, Brian berkata dengan gigi terkatup. “Oke, kita coba cara ini. Lagi pula, Keluarga


Buana sudah menemui jalan buntu. Kalau cara ini berhasil, begitu Kompleks Prime Melati dipasarkan,


Keluarga Buana bisa membalikkan keadaan lagi!”


“Keluarga Buana nggak bisa membalikkan keadaan lagi!”


Begitu Brian selesai berbicara, tiba–tiba terdengar suara dingin seseorang..


Kemudian, seorang pemuda melangkah masuk ke kediaman Keluarga Buana dengan santai.


Di luar vila, para pengawal Keluarga Buana sudah tergeletak di lantai dengan tidak berdaya.


“Siapa kamu? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!”


Melihat pemuda yang tiba–tiba muncul itu, seluruh anggota Keluarga Buana langsung marah besar.


“Ardika, berani–beraninya pecundang sepertimu membuat keributan di kediaman Keluarga Buana!


Biarpun Keluarga Buana nggak bisa membalikkan keadaan, kami tetap bisa membunuhmu!”


Hanya David seorang yang mengenal Ardika. Begitu melihat Ardika, dia langsung berteriak dengan


marah.


“Ardika menantu benalu Keluarga Basagita itu?”


Anggota Keluarga Buana tertegun sejenak, lalu mencibir sambil mengamati Ardika dari ujung kepala


ke ujung


kaki.


“Ardika, apa anggota Keluarga Basagita sudah nggak berani berkunjung ke kediaman Keluarga Buana


sampal- sampai mengirim pecundang sepertimu untuk mengambil alih perusahaan dari Keluarga


Buana?”


“Ternyata Keluarga Basagita memang sekelompok pecundang. Mereka malah mengirim seorang


menantu benalu ke sini. Apa mungkin dia memahami isi kontrak?!”


Semua anggota Keluarga Buana mulai tertawa dan mengejek Ardika.


Sekarang, hanya saat berhadapan dengan anggota Keluarga Basagita, mereka baru berani tertawa liar


dan melontarkan ejekan seperti ini.


Kebetulan Ardika datang sendiri, mereka langsung menjadikannya sebagai target pelampiasan


kekesalan


tanpa ragu.


Melihat anggota Keluarga Buana yang sedang mengejek dirinya, seulas senyum dingin tersungging di


wajah Ardika. ‘Silakan tertawa sepuas kalian. Lagi pula, waktu yang tersisa untuk kalian bisa tertawa


sudah nggak banyak lagi.”



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.