Ruang Untukmu

Bab 200



Bab 200

Bab 200


Bab 200


“Nando, berhenti bermain–main dan tidurlah! Aku benar–benar akan menutup teleponnya sekarang” Thya mencoba merebut ponselnya kembali.


Namun, Elan tidak mau mengembalikannya.


Tasya tidak berani memaksanya terlalu keras karena akan sulit menjelaskan pada Nando jika dia mengetahui ada pria lain di rumahnya. Itu pasti akan merusak rcputasinya.


“Aku tidak mau. Cepat, satu lagu saja. Aku menunggumu!” Telas sekali Nando akan menunggu dengan sabar.


Elan mengangkat tangannya tinggi–tinggilinga Tasya harus melompat untuk meraih ponselnya. Tetapi tiba–tiba Elan memeluk pinggangnya dan menekannya ke sisi balkon lalu menciumnya sambil ictap mengangkat tangannya yang lain.


Tasya terkejut dan merasa sangat dipermalukan. Apa dia melakukan ini dengan sengaja?


“Tasya, bernyanyilah untukku. Antarlah bayi besar ini untuk tidur!” Nando masih memohon dari seberang telepon.


Ini hampir membuat Tasya gila. Bagaimana dia bisa melakukannya sedangkan dia sedang dicium olch pria sialan ini sekarang


Sebuah ide tiba–tiba muncul di saat–saat panas. Tasya melingkarkan lengannya di leher Elan dan berpura–pura membenamkan dirinya dalam ciuman itu. Seperti yang dia duga, Elan perlahan menurunkan tangannya dan dengan cepat dia mengambil kembali ponselnya lalu lari ke sisi lain sambil terengah–engah.


“Nando, tidur saja. Aku akan menutup telepon sekarang!” Tasya berteriak di telepon lalu mengakhiri panggilannya. Setelah itu, dia menatap pria jahat itu dan berkata, “Apa itu menyenangkan?”


Elan menjawab dengan polos, “Aku hanya sedikit terangsang.”


“Kamu..” jawab Tasya geram. Jika bukan karena masalah ayahnya yang membutuhkan bantuan Elan, dia pasti sudah mengusirnya keluar dari rumah.


Dan jika Nando tahu Tasya sedang dicium selama mereka sedang berbicara di telepon, mungkin dia akan kehilangan akal schatnya, karena itu berarti, dia akan kalah dari sepupunya yang tak tahu malu itu.


Setelah mengeluarkan barang–barang penting dari kamarnya, Tasya berkata kepada pria yang duduk di sofa sebelum dirinya tidur di kamar putranya, “Kamu harus tidur lebih awal. Dan jangan ganggu aku saat aku sedang tidur.”


“Tapi kamu bahkan belum mandi!” Elan mengangkat alisnya.


“Aku mandi atau tidak, itu bukan urusanmu.” Tasya tidak ingin membiarkan pria itu melakukan sesuatu yang tercla, jadi dia langsung masuk ke kamar putranya dan menguncinya. Lagi pula, badannya tidak akan terlalu bau walaupun dia tidak mandi sehari


Malam ini, lan mendapatkan keinginannya utk tidur di kamar Tasya


Keesokan paginya, Tanya membuka matanya dan tampak sciliki bingung. Dia baru ingat kalau italu ili kamar putranya karena kamannya digunakan olch Llan.


Dia membuka


p elum melihat jam. Wakil sedali menunjukkan pukul 7 pagi. Karena ini hari Nabiit, Thyak lemik lan suallang I CCgkan tubuhnya sambil berjalan ke


Setiap akhir pekan,


a kota terasa santai karena jalanan sepi dan tidak ada hiruk pikuk lalu


T


I CHEAT


cangkir lll (nuklirinya sendiri sambil berpikir harus sirapan apa dan kapan


Til sin


n ici buku Tasya terkejut dan langsung berbalik. Ternyata itu Elan yang baru kembali dari luar dengan Kembawa mapanli tangannya,


“Kami selal bangin?” Tanya terreng menatap pria itu.


“Aku adalah burung yang biasa bangun lebih awal” Jawab Elan sambil menaruh sarapan di atas MICHA, “Ayo makani”


Tsya serikin terkejut Ternyata orang sukses selalu bersikap disiplin dengan waktu mereka dan balkon ilin yang tak lur sama sekali li malam hari,


Tanya penduduk dan makan bersamanya, sementara Elan memegang sepotong roti dengan begin clegan sambil berkata dengan santai, “Aku bisa menemanimu menjemput Jodi nanti.”


Tasya langsung menolak lawatannya sambil melambaikan tangan, “Tidak perlu. Aku akan pergi sendint”


“Apa kamu takui Nando mclibat kita bersama?” tanya Elan sambil melirik ke arahnya.


Tanya pun tidak tahu kenapa Hanya saja dia tidak ingin ada yang tahu seberapa dekat dia dengan


“Oh ya, kamu akan menepati janjimu membantu ayahku, kan?” Tasya langsung mengubah topik pembicaraan. Dia sudah membiarkan Elan tidur di kamarnya, jadi dia harus mencpati janjinya.


“Tentu saja” Jawab Elan sambil tersenyum, “Apa pun janji yang aku buat, aku akan selalu menepatinya,”


Tanya hanya bisa menunduk dan terus mengunyah rotinya karena tak mampu menatap mata karismatiknya, “Terima kasih”


Previous Chapter


Next Chapter



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.