Ruang Untukmu

Bab 703



Bab 703

Bab 703 


Bab 703


Suara Salsa terdengar menonjol dari yang lain. Tasya hendak melewati lobi ketika dia tiba–tiba mendengar suara ini, dan dia tak bisa menahan dirinya dan menoleh untuk melirik gadis yang menyapanya. Saat mata mereka bertemu, salah satu dari mereka tersenyum sementara yang lain penuh dengan kejutan yang menyenangkan.


“Nona Salsa.” Tasya tampak terkejut saat melihat Salsa di meja resepsionis.


Resepsionis lain di sebelahnya langsung menatap Salsa. Mengapa Bu Tasya memanggilnya seolah– olah mereka sudah saling kenal? Apakah mereka mengenal satu sama lain?


Tasya berjalan ke arah Salsa dengan ekspresi ramah dan bertanya dengan rasa ingin tahu, “Kapan kamu mulai bekerja di perusahaan saya?”


“Ini adalah hari pertama saya bekerja di sini,” jawab Salsa.


Tasya merenung sebentar sebelum menawarkan, “Kebetulan sekali saya kekurangan asisten. Apakah kamu ingin menjadi asisten saya?”


Tapi saya belum berpengalaman di bidang ini,” Salsa menolak. Dia juga tidak bisa begitu saja menerima pekerjaan itu.


“Tidak masalah. Kamu bisa belajar jika kamu tidak tahu.” Setelah mengatakannya, Tasya berkata kepada Maya yang ada di belakangnya, “Pergilah ke departemen SDM dan tangani prosedur yang diperlukan untuknya.”


Kemudian, Tasya menoleh pada Salsa dan berkata, “Ayo, ikuti saya ke kantor.”


Begitu saja, Salsa berjalan ke arah lift bersama Tasya di bawah tatapan iri semua resepsionis. Dia sangat berterima kasih kepada Tasya karena telah memperhatikannya, dan Tasya juga senang menjadikan Salsa sebagai asistennya.


Begitu mereka berada di dalam lift, Tasya bertanya kepada Salsa dengan prihatin, “Kenapa kamu tidak bersama dengan Pak Arya?”


Sebelumnya, ketika Arya membawa Salsa ke acara pernikahannya, Tasya memperhatikan sikap perhatian Arya terhadapnya, jadi dia berpikir bahwa pria itu menyukai Salsa. Dan ketika suaminya dalam bahaya terakhir kali, Arya dan Raditya sudah bergegas dari jauh untuk menyelamatkannya, jadi tentu saja dia harus bersikap baik kepada Salsa.


Salsa menjelaskannya dengan malu, “Bu Tasya, kamu pasti salah paham. K–Kami hanya berteman.”


Tasya mengerutkan bibirnya menjadi sebuah senyuman. Dari cara Salsa membawa dirinya, dia tidak terlihat seperti berasal dari keluarga biasa. Jadi, dia pun bertanya, “Apakah kamu sedang mengalami masalah keluarga?”


“Tidak, saya hanya ingin pekerjaan yang tetap.” Salsa tidak bisa menatap lurus ke arah Tasya yang begitu mempesona.


“Baiklah, kalau begitu kamu bisa tenang dan bekerja dengan saya! Jika ada yang tidak kamu ketahui, maka saya akan meminta seseorang untuk mengajarimu.” Saat mereka keluar dari lift, Tasya menginstruksikan


sambil menunjuk ke arah ruang tunggu yang terdekat, “Pergi dan beristirahatlah di sana sekarang.”


Salsa merasa sangat beruntung menerima perlakuan khusus seperti ini pada hari pertamanya bekerja.


Maya juga sudah diangkat posisinya menjadi seorang asisten presdir, yang menjadikan keduanya sebagai rekan kerja.


“Maya, kamu harus mengajari Salsa semua yang perlu diketahui olehnya tentang pekerjaan. Dia adalah temannya dari teman suami saya,” kata Tasya kepada Maya.


“Baik, Bu Tasya, saya akan melakukannya.” Maya mengangguk.


Segera saja, Salsa memiliki kantornya sendiri, yang begitu luas dan cerah, selain itu dia juga dapat menikmati pemandangan yang luar biasa dari jendela–jendela besar. Karena mereka berada di sebuah bangunan tenggara di pusat kota, pemandangannya pun sangat menakjubkan.


Tasya baru saja duduk ketika teleponnya berdering dengan panggilan dari Elan, yang dia jawab. “Halo?”


“Seorang pelayan baru saja menelpon dan memberitahu saya kalau Nenek tiba–tiba pingsan. Saya sudah bergegas pergi dari pertemuan keuangan menuju ke rumah sakit.” Suara Elan terdengar cemas.


Tasya pun terkejut, dan dia buru–buru menjawab, “Saya akan pergi juga.”


Dia pun mengambil tasnya dan keluar, tetapi setelah berpikir sejenak, dia berkata kepada Salsa, “Salsa, ikutlah bersama saya. Maya, tetap di sini dan telepon saya jika terjadi sesuatu.”


Salsa segera bangkit dan mengikutinya keluar, dan ketika keduanya berjalan melewati meja depan dan keluar dari lobi, Adriana sudah memarkir mobilnya di luar dan sedang menunggu mereka. Lalu, ketiganya langsung bergegas menuju Rumah Sakit Prapanca.


Hana, yang baru saja dikirim, sudah berada di ruang gawat darurat, sementara pembantu rumah tangga, Jesi, direktur rumah sakit, dan Sabrina serta suaminya semuanya sedang berada di luar.


“Kenapa nenek saya bisa pingsan?” Elan bertanya pada Jesi.


Jesi menjawab dengan mata memerah, “Tidak diketahui alasannya. Beliau baru saja mengatakan di pagi hari bahwa ingin memangkas bunganya sendiri, jadi saya membawanya ke ruang tamu, tetapi tiba–tiba beliau segera pingsan setelah itu.”


Sabrina sudah berusia lima puluhan, dan dia pun menghibur keponakannya, “Tenanglah, Elan. Di usia nenekmu, hal–hal seperti ini pasti bisa terjadi.”



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.