Ruang Untukmu

Bad 1117



Bad 1117

Bad 1117


Bab 1117 Kita Adalah Pasangan Yang Cocok


“Sonia hanyalah seseorang yang diperkenalkan ibu kepada saya. Saya baru bertemu dengannya kemarin malam, tapi saya tidak pernah memikirkannya.”


“Tapi orang tuamu sangat menyukainya.” Raisa mengangkat kepalanya dan mengatakannya.


“Mereka hanya ingin memiliki menantu perempuan. Selama saya tidak menyetujuinya, maka tak ada gunanya jika mereka menyukainya,” Rendra dengan tegas menekankan bahwa hanya dirinya sendiri yang bisa memutuskan pernikahannya.


“Apakah kita sudah gila?” Raisa merasa pusing saat dia menggumamkan kata–kata itu.


Merasakan kesedihannya, Rendra menekan bagian belakang kepala Raisa agar lebih dekat ke jantungnya sambil berkata, “Jangan khawatir, saya akan menikah denganmu.


Raisa menutup matanya saat ucapan itu terngiang di telinganya seperti sebuah/sumpah, dan menenangkan hatinya yang gelisah.


Tak peduli betapa sulitnya jalan di depan, Raisa bersedia untuk menemani Rendra melewatinya.


Di lantai bawah, Sonia sudah tak tahan lagi. Dia pun bertanya kepada Nyonya Hernandar. “Bu Sherin, apakah Rendra belum pulang?”


“Dia sudah pulang! Bagaimana jika kamu pergi ke lantai atas dan mencarinya? Dia mungkin ada di sana,” jawab Nyonya Hernandar kepada Sonia.


Sonia pun mengangguk dengan gembira dan menjawab, “Baiklah! Saya akan ke atas untuk mencarinya.”


Sonia segera berlari ke lantai atas dengan hati yang sangat tak sabar untuk melihat Rendra.


Dia pun melihat ke lantai dua dan bertanya kepada salah satu pelayan, “Apakah kamu melihat Pak Rendra?”


“Tuan seharusnya berada di lantai tiga!” jawab pelayan itu.


Sonia pun naik ke lantai tiga tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi dia tak tahu di mana Rendra berada. Saat ini semua pintu sendang ditutup, jadi dia harus berteriak untuk mencarinya.


“Rendra, apa kamu di sini?”


Di ruang kerja, Rendra sedang memeluk Raisa dengan erat, dan gadis itu menjadi kaget sambil gemetar karena ketakutan. Dia segera mendorong pria itu dengan susah payah karena suara Sonia yang terdengar di luar pintu.


Rendra pun melepaskannya, jadi Raisa buru–buru menoleh untuk melihat sekeliling dan melihat kea rah tirai. Dia kemudian menunjuk pada Rendra dan menyembunyikan dirinya di sana.


Anehnya, Sonia sudah menemukan pintu yang tepat. Dia pun mengetuk dan mendorong pintu ruang kerja itu. Seperti yang diharapkan, dia melihat sosok pria tinggi yang sedang berdiri di depan jendela setinggi langit–langit. Dengan ekspresi yang senang, dia pun berseru, “Rendra,


ternyata kamu di sini!”


Ekspresi Rendra saat ini tampak muram dan bahkan agak dingin. “Siapa yang mengatakan kalau kamu boleh menerobos masuk?” dia bertanya dengan sungguh–sungguh.


Wajah Sonia yang semula ceria langsung berubah kebingungan selama beberapa detik. Dia pun menggigit bibirnya dan menjelaskan dengan sedih, “Saya… Bu Sherin yang menyuruh saya naik ke atas untuk mencarimu. Saya tidak bermaksud untuk mengganggumu.”


Setelah menjelaskan situasinya, Sonia mau tak mau menunjukkan padanya ekspresi yang tidak bersalah dan menyalahkan dirinya sendiri. “Maafkan saya, Rendra, bisakah kamu memaafkan saya karena sudah menerobos masuk?”


“Keluar!” Rendra berteriak sebagai upaya untuk mengusirnya.


Ketika Sonia melihat kalau tak ada seorang pun di sekitarnya, bagaimana dia bisa melepaskan. kesempatan ini untuk bisa berduaan dengan Rendra? Alih–alih pergi, dia dengan berani malah berjalan ke arah Rendra dan bertanya, “Apakah kamu sedang membaca di sini sendirian? Bolehkah saya tetap tinggal di sini bersamamu?”


“Tidak boleh. Kamu keluar saja!” Tatapan Rendra mendarat di balik tirai yang ada di samping jendela, dan dia samar–samar bisa melihat sosok gadis yang sedang bersembunyi di dalamnya. Dalam sekejap, dia pun merasa kasihan kepadanya.


“Saya ingin menemanimu. Jangan khawatir, saya tak akan mengganggumu,” ujar Sonia dengan berani.


Mata Rendra yang dingin menatapnya. “Apakah kamu tidak mengerti ucapan saya, Nona Sonia?”


“Rendra, saya menyukaimu. Saya sangat menyukaimu. Bahkan sebelum saya bertemu denganmu, saya sudah jatuh cinta padamu ketika saya melihatmu di TV. Saya ingin berkencan denganmu,” Sonia mengakuinya dengan lantang.


Raisa yang berada di balik tirai pun langsung tercengang. Dia tak percaya kalau dirinya bisa mendengar pengakuan wanita lain pada Rendra!


“Nona Sonia, sudah ada seseorang yang saya sukai, jadi tolong jangan buang waktumu,” ucap Rendra dengan lugas sambil menatapnya dengan tatapan yang mengancam, sehingga memancarkan aura dingin di sekelilingnya.


Hati Sonia bergetar, karena pria yang sangat dia inginkan untuk bisa bersamanya sudah berada tepat di depannya. Dia pun tidak mau menyerah sambil melanjutkan. “Tapi Tuan dan Nyonya Hernandar sangat menyukai saya. Mereka pikir kita adalah pasangan yang


cocok…”


“Dari mana kamu mendapatkan kepercayaan diri untuk menganggap kalau kita adalah pasangan yang cocok?” Rendra mengangkat kedua alisnya, merasa sangat kesal. Wanita pujaannya masih bersembunyi di balik tirai, namun dia malah menanggung gangguan dari wanita lainnya.



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.