Ruang Untukmu

Bad 672



Bad 672

Bad 672


Bab 672


Katara dengan ragu meminta maaf, “Saya minta maaf, Pak Elan. Saya tidak melihat Anda di sana. Ini semua salah sayal” Dia mengulurkan tangannya dan menepuk tangan Elan. “Saya harap saya tidak melukai Andal”


Elan melambalkan tangannya dan menjawab, “Tidak apa–apa.”


“Oh, maaf lipstik saya menempel di pakaian Anda. Biar saya bersihkan.” Bukannya membersihkan bekas lipstik itu dari tangan Elan, Katara justru mengusap dada Elan sambil berkata seperti itu.


Tangan Elan menghentikannya, lalu dia berkata dengan nada dingin, “Tidak perlu.”


Katara menghela napas frustasi saat Elan beranjak pergi. Dia melihat ini sebagai sebuah kesempatan untuk membuat Elan suka padanya. Tidak ada yang bisa mendekati Elan karena dia bersikap sama seperti kabar burung tentang Elan yang pernah dia dengar.


Kenapa Elan menikah kalau dia tidak menyukai wanita?


Setelah Katara pergi. Felly keluar dari ujung ruangan. Dia baru saja keluar dari kamar mandi saat dia tidak sengaja melihat insiden tadi, dan dia rasa itu akan mengganggu dirinya sepanjang hari.


Dia bukan tipe orang yang suka ikut campur urusan orang lain, tapi dia merasa kalau dia harus mewanti- wanti Tasya tentang hal ini. Kalau aktris itu mencoba untuk menggoda Elan, berarti dia bukan orang yang tepat untuk menjadi perwakilan Jewelia.


Ponsel Tasya penuh dengan pesan yang masuk. Dia mengecek dan melihat kalau itu adalah pesan dari Felly.


‘Saya baru saja melihat Katara mencoba menggoda suamimu di lorong, Tasya. Kamu harus tahu itu.”


Dia membaca pesan itu dengan tenang dan matanya mengarah ke tempat seharusnya Katara berada. Tidak ada siapa–siapa di sana.


“Terima kasih, Felly, balas Tasya tenang. Saat itu, Elan baru sudah kembali dan tangannya yang besar itu menggenggam tangan Tasya dan membelainya.


Tasya mengangkat kepalanya dan menatap mata Elan. Meskipun lampu temaram, mata Elan berbinar penuh rasa sayang. Saat Tasya menyadari hal ini, dia tersenyum manis dan mengecup pipi Elan, menunjukkan kemesraan mereka di hadapan publik.


Katara kebetulan melihat mereka bermesraan saat dia kembali ke tempat duduknya. Dia mulai merasa takut dengan hal bodoh yang baru saja dia lakukan. Dia khawatir kalau Tasya tidak akan membiarkannya begitu saja saat Tasya tahu kalau dia menggoda Elan.


Dia lega karena Tasya tidak tahu tentang hal itu.


Tapi, tidak ada yang tahu tentang apa yang Tasya ketahui?


Ketika Elan melihat Tasya dengan berani menciumnya di hadapan publik, dia tersenyum senang, membuat hati Tasya berdesir.


Wajah Tasya memerah saat dia merasakan tatapan semua orang padanya. Rasa cintanya pada Elan sudah diperlihatkan di hadapan banyak orang.


Ini adalah sebuah peringatan bagi siapapun yang ingin merebut Elan darinya.


Konferensi pers berjalan lancar, sementara media online reaksinya luar biasa. Dukungan besar dan dorongan untuk mereka berdatangan, bersamaan dengan beberapa barang yang dipromosikan juga…


Setelah mereka meninggalkan konferensi pers itu, Elan mengajak Tasya ke sebuah restoran mewah. Malam ini adalah waktunya kencan malam mereka.


Ditambah lagi, Elan sudah menyiapkan kejutan untuknya. Dia sangat senang saat membeli sebuah bros cantik


senang yang dijual di acara dan dia berencana untuk memberikan itu pada Tasya sebagai adiah malam ini.


“Oh! Kapan kamu membeli ini?” Tasya sedikit terkejut, tapi dia senang karena Elan tiba–tiba memberinya. sebuah hadiah.


“Ini cocok untukmu,” ujar Elan, memuji keindahan bros dan juga Tasya.


Tasya mengambil hadiah itu, sementara Elan sedang menangkupkan tangan ke wajahnya sambil menatap Tasya dengan penuh rasa sayang. “Karena kamu sudah menerima hadiah saya, malam ini Bu Elan harus memberi saya hadiah.”


“Oh! Rupanya ada niat tersembunyi!” Tasya memicingkan matanya dan berkata, “Saya rasa saya harus lebih memperhatikan hal–hal di sekitar saya. Saya tidak bisa terus kamu bodohi.”


Elan terus menatapnya penuh cinta dan berkata, “Saya tidak peduli betapa bodohnya kamu karena kamu masih memiliki saya di sisimu.”


Apakah Elan memanggilnya bodoh?


Tasya merajuk, “Saya tidak bodoh. Saya sebenarnya sangat pintar.”


“Kamu benar. Istri saya adalah wanita paling pintar yang pernah ada,” ujar Elan sambil tersenyum sumringah. Seolah dia tidak pernah bosan menggoda Tasya seperti itu.


Bagaimana bisa Tasya terus merajuk saat dia melihat betapa Elan sangat menyayanginya? Saat itu, Elan menambahkan makanan di piring Tasya. “Sayang, kamu harus makan lebih banyak agar kamu punya banyak tenaga malam ini.”


Ini membuat Tasya merona. “Memangnya kamu hanya berpikir soal itu?!”



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.