Ruang Untukmu

Bad 710



Bad 710

Bad 710


Ruang Untukmu


Bab 710


Setelah meminta maaf lagi, Genta pun segera pergi.


Salsa merasa sangat bimbang. Arya mengakuisisi perusahaan ayahnya dengan cara yang tercela, bahkan mengirimnya ke polisi dan memberinya hutang dua triliun. Apakah keluarganya masih harus berterima kasih padanya hanya karena dia dengan baik hati melunasi hutang ayahnya? Dia adalah penyebab masalah dan juga solusinya; keluarganya tidak bersalah dalam semua masalah ini. Apakah semuanya karena Salsa secara tidak sengaja telah mengambil pusaka milik keluarganya dan kehilangannya?


“Salsa, menjauhlah dari Pak Arya. Kamu tidak boleh terlibat dengan pria seperti dia, mengerti? Itu mungkin akan membuatmu kehilangan nyawamu,” Donni memperingatkan putrinya dengan muram.


“Saya akan melakukannya, Ayah,” janjinya.


“Dari sekilas, saya bisa tahu bahwa dia adalah anak manja dari keluarga kaya yang bisa melakukan apapun yang dia mau tanpa mempedulikan apapun.” Semakin Donni memikirkannya, maka semakin dia merasa marah, dan dia sama sekali tidak menyukai Arya.


Salsa naik ke atas dan berbaring di tempat tidurnya, hatinya pun terasa berat. Sementara itu, di dalam loker, Jayar ponselnya yang suaranya diredam tampak menyala berulang kali dengan panggilan tak terjawab dari


seseorang.


Setelah menelepon untuk terakhir kalinya, Arya tak bisa mengendalikan emosinya lagi dan melempar ponselnya ke sofa di sampingnya sebelum jatuh ke karpet dengan bunyi gedebuk yang memilukan.


“Sial, kenapa dia tidak menjawabnya?”


Ketika Elan kembali ke Kediaman Keluarga Prapanca pada malam hari, Tasya duduk bersamanya di sofa


ruang tamu.


“Jika kamu takut, ayo kita pulang,” kata Elan pada istrinya.


Dia menggelengkan kepalanya. “Nenek sangat mencintai kita. Bahkan jika dia berada di alam lain, dia pasti akan tetap mencintai kita.”


Elan mencium rambutnya. “Kamu benar.”


Namun, Elan membawanya kembali ke vila pada akhirnya. Ketika Tasya bangun setelah tidur nyenyak, dia menemukan bahwa pria di sebelahnya telah pergi, dan dia bangun setelah mengenakan jaket. Di ruang tamu, Elan sedang minum sendirian di sofa. Ada beberapa puntung rokok yang sudah padam di asbak di sebelahnya. Tasya merasa kasihan padanya, tapi tak bisa menemukan kalimat untuk menghiburnya. Lagipula, cinta Elan pada neneknya lebih kuat dari sekedar kasih sayang keluarga.


Dia pun turun dan memegangi pria mabuk itu. “Ayo kembali ke kamar dan tidur.”


Tiba-tiba, Elan memeluknya. Pria itu, yang tidak pernah menangis di depan siapa pun dari awal hingga akhir, membenamkan kepalanya di rambutnya saat aliran air mata mengalir dari mata merahnya. Tasya menepuk pundaknya dan memeluknya erat. Malam itu, pria yang biasanya kuat dan tegar ini sedang berada dalam posisi yang paling rentan. novelbin


Setengah jam kemudian, dia pun tertidur dalam pelukan Tasya setelah tidak tidur selama hampir dua malam. Ketika Tasya, menyisir rambutnya, dia menyadari bahwa itu sedikit lembab, dan hatinya pun merasa lebih


sakit saat melihat pria yang berada di lengannya.


Pagi-pagi sekali di kediam keluarga Anindito, Salsa baru akan berangkat kerja ketika sebuah mobil SUV hitam berhenti di pintu masuk sekitar pukul sepuluh pagi. Pria yang keluar dari mobil memiliki wajah yang tampan namun dingin, dan dia mengenakan pakaian serba hitam, membuatnya terlihat sangat sulit didekati.


Emma sedang menyiram di taman ketika dia melihat orang di luar pintu masuk. Dia berjalan dan membuka gerbang kecil, dan bertanya begitu saja, “Apakah ada yang bisa saya bantu, Pak Arya?”


Namun, Arya bersikap sopan saat dia bertanya, “Halo, Bu Emma. Apakah Salsa ada di rumah?”


“Kedepannya Salsa tak akan bertemu lagi denganmu. Kamu harus pergi!” Emma hampir kehilangan kesabaran. Setelah mengetahui kebenaran tentang kebangkrutan suaminya pada malam sebelumnya, dia sangat marah sampai-sampai hampir tak bisa tidur.


“Kenapa?” Arya sedikit mengernyitkan alisnya yang tajam. Apakah dia sudah membuatnya marah?


“Tutup gerbangnya, Emma. Dan apa yang dia katakan?” Suara Donni terdengar dari belakang.


Emma mengulurkan tangan dan menutup gerbang kecil vila mereka, kemudian berkata kepadanya melalui jetuji, “Kedepannya jangan datang mencari putri saya lagi. Saya akan membuatnya menjauh darimu.”


Arya terdiam mendengar kata-katanya.


Karena kaki Donni belum sepenuhnya sembuh, dia hanya berdiri di dekat pintu dan tidak mendatangi mereka saat dia meminta istrinya untuk kembali.


“Bu Emma, bisakah anda memberitahu saya apa yang terjadi pada Salsa?”


Emma baru saja akan pergi, tetapi ketika dia melihat Arya masih bertanya, dia pun berbalik sambil mencibir. “Saya memperingatkanmu, anak muda, kamu tidak boleh terlalu kejam dan tercela saat melakukan sesuatu. Suatu hari nanti, kamu pasti akan mendapatkan balasannya.”


READING FREE LIGHT NOVEL AT NOVEL BIN



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.