Menantu Pahlawan Negara by Sarjana

Chatper 350



Chatper 350

Chatper 350


Bab 350 Berubah Kepribadian


Rina langsung memukul cangkir teh itu hingga terjatuh, teh yang masih panas muncrat di pergelangan


tangan Elsy yang mulus.


“Ah….”


Elsy merintih kesakitan. Dia menutupi pergelangan tangannya sudah merah dan membengkak. Saking


kesakitan, air matanya bahkan sudah hampir menetes.


“Dasar Elsy wanita jalang pengkhianat! Kamu sudah dua tahun menjadi anggota Keluarga Santosa,


kami yang memberimu makan dan tempat tinggal. Tapi, pada akhirnya, kamu masih memikirkan


mantan suamimu yang


sudah mati itu!”


“Kalau bukan karena kami mengeluarkan uang, keluarga mantan suamimu sudah mati semua!”


Setelah menggertakkan giginya sambil memarahi menantunya selama beberapa saat, pada akhirnya


Rina mendorong Elsy dengan keras dan berkata, “Minggir kamu! Nanti kamu langsung bercerai saja


dengan Jiko. Aku mau lihat setelah meninggalkan keluarga kami, tanpa adanya satu pun perusahaan


yang bersedia menerimamu, kamu pasti akan mati kelaparan!”


Karena didorong dengan keras, Elsy langsung terjatuh ke lantai.


Dia mengalihkan pandangannya ke arah Jiko. Namun, Jiko malah mengenakan penyuara telinga


seolah–olah tidak melihat dan mendengar apa pun.


Sebenarnya, dalam lubuk hati Jiko, pria itu juga sangat kesal.


Elsy sangat putus asa dan tidak berdaya, perasaannya hanya diliputi kesedihan.


Tepat pada saat ini, ponselnya berdering.


Elsy mengambil ponselnya dan mendekatkan ponselnya ke telinganya. Berawal dari ekspresi


kebingungan, ekspresinya berubah menjadi ekspresi terkejut.


“Siapa yang meneleponmu? Untuk apa orang itu mencarimu?”


Rina mengajukan dua pertanyaan itu dengan dingin. Jiko juga mengalihkan pandangannya ke arah


istrinya. Mereka merasa ada yang aneh dengan ekspresi Elsy.


“Asisten presdir Grup Kejora meneleponku dan menanyakan apakah aku bersedia menjadi manajer


umum perusahaan mereka atau nggak?”


Grup Kejora masih belum mengganti namanya secara resmi, jadi mereka masih menggunakan nama


ini.


Jiko dan Rina hanya tahu presdir Grup Kejora adalah Helmi, anak buah tiga keluarga besar.


Setelah beberapa saat yang lalu berubah kepemilikan, mereka tidak mengikuti perkembangan


perusahaan itu


lagi.


Saat ini, begitu mendengar Elsy diundang untuk menjadi manajer umum perusahaan itu, mereka


sangat terkejut.


“Apa lagi yang kamu lakukan? Cepat papah istrimu berdiri!”


Rina memelototi putranya.


Jiko segera menghampiri Elsy dan memapah istrinya berdiri.


“Elsy, tadi karena sedang emosi, aku baru mendorongmu. Aku bersalah padamu, Grup Kejora adalah


perusahaan besar, kamu harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!”


Rina mengubah ekspresi ganasnya dan bersikap sangat ramah pada Elsy.


Sekarang Ganang sudah hilang, sedangkan putranya sudah dikeluarkan dari Departemen


Perhubungan.


Saat itu, putranya bisa bekerja di Departemen Perhubungan juga karena mengandalkan relasi. Kini,


kalau mencari pekerjaan lain, juga tidak akan bisa menghasilkan uang seberapa.


Satu keluarga ini sudah kehilangan sumber penghasilan.


Kalau kelak mereka masih ingin menjalani hidup yang indah dan menyenangkan, mereka harus


bergantung


pada Elsy.


Rina tidak mengungkit tentang masalah perceraian lagi.


Mendengar sekarang Elsy akan pergi ke Grup Kejora untuk wawancara, dia meminta Jiko untuk


mengantarkan


Elsy ke sana.


Sesampainya di Grup Kejora, Elsy dipersilakan masuk ke ruang presdir Grup Kejora.


Saat ini, dia sudah tahu presdir baru Grup Kejora bernama Raka.


Namun, dia mengetahui dengan sangat jelas, Delvin, mantan suaminya tidak memiliki saudara laki–


laki, apalagi yang bernama Raka.


“Bu Jesika, kalau boleh tahu sebenarnya siapa Pak Raka?”


Saat berdiri di depan pintu ruangan, Elsy merasa agak gugup.


“Setelah kamu masuk ke dalam, kamu akan mengetahuinya sendiri.”


Jesika menyunggingkan seulas senyum. Dia sudah menyelidiki data diri Elsy secara keseluruhan.


Dalam lubuk hatinya, dia benar–benar menganggumi wanita di hadapannya ini.


Elsy menarik napas dalam–dalam, lalu mengetuk pintu ruangan.


“Silakan masuk.”


Suara seorang pemuda terdengar dari dalam ruangan.


“Halo, Pak Raka…. Tuan Ardika!”


Setelah berjalan memasuki ruangan dengan penuh hormat, Elsy mendapati Ardika sedang berdiri di


sudut dekat jendela.


Bagaikan tersambar petir di siang bolong, dia sudah kehilangan kemampuan untuk berpikir secara


logika.


Ardika berbalik menatap wanita itu dan berkata, “Setelah kupikir–pikir, aku memutuskan untuk bertemu


denganmu secara langsung dan meminta maaf padamu. Sebelumnya aku sudah salah paham


padamu.”


Setelah mengetahui rahasia di balik Elsy menikah lagi, Ardika sangat menyesal.


Dia tidak hanya gagal melindungi istri sahabatnya dengan baik, dia bahkan salah paham pada Elsy.


Akhirnya dia sudah mengerti mengapa setiap kali menghadapi sikapnya yang dingin, reaksi Elsy


sangat aneh.



Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.